Work Text:
Taerae bukan tipe orang yang sentimental, apalagi hobi bernostalgia. Jadi sebenarnya malam reuni bukanlah sesuatu yang ia minati. Entah kenapa juga ia setuju ikut serta dalam acara ini, kayaknya kemarin tangannya mengetik sendiri balasan ‘iya’ saat ketua angkatan mereka, Sung Hanbin mengajaknya ikut lewat chat tempo hari.
Ya, mungkin dia rindu sedikit pada Sung Hanbin dan senyum hamster ikoniknya yang hiasi mading sekolah tiap minggu. Yang kalau istirahat selalu ke belakang kelas untuk pacaran dengan Zhang Hao. Mungkin dia rindu sedikit dengan Zhang Hao yang sok pintar— dan memang pintar di segala hal kecuali mapel PJOK.
Mungkin ia rindu Gyuvin dan Ricky yang selalu berantem tiap hari padahal kalau salah satunya nggak masuk lemasnya kaya nggak kebagian MBG. Mungkin ia rindu bule Kanada Seok Matthew atau Jiwoong yang hobi ngelawak. Mungkin pula ia rindu Yujin, si anak akselerasi yang pendiam dan sering Taerae curhati dulu.
Ah, mungkin Taerae sudah terkontaminasi sifat alay Gyuvin.
Baiklah, oke. Ia rindu kawan SMA-nya.
Tapi yang nggak dia sangka adalah bahwa acara reuni yang digelar dirumah Hanbin itu akan melibatkan seseorang yang Taerae kira nggak akan ia temui lagi.
Gunwook.
Adik Hanbin satu-satunya. Ya Taerae sebenarnya bodoh juga sih, jelas-jelas acaranya dirumah Hanbin, masa adiknya diusir? Tapi sungguh, Taerae tak menyangka hal ini akan terjadi. Ia tak menyangka akan bertemu Gunwook lagi. Terakhir ia bertemu Gunwook adalah saat perpisahan SMA dan cowok itu datang untuk hadiri perpisahan Hanbin. Ia ingat saat itu Gunwook hanya bocah SMP pendiam yang harus diseret kemana-mana sama orang tuanya. Berkacamata dan selalu bawa-bawa buku ensiklopedia yang Taerae nggak ngerti isinya apa saja.
Tapi sekarang— anjirlah, ia nggak menyangka kalau Gunwook bakal.. seganteng ini. Duh, otot lengannya. Taerae pengen peluk terus minta headlock. Kayaknya dulu nggak segede itu deh?
Sekarang berapa ya usianya? Kayaknya tadi Hanbin sempat mention. 22? 21? Ah, Gunwook kan hanya beda empat tahun dari mereka. Usia Taerae sekarang dua lima. Berarti usia Gunwook dua puluh satu tahun.
Cukup buat ngew—
“—lot, Woi bolot!” Suara menyebalkan Matthew memecah imajinasi Taerae. Lelaki yang sering disebut kembaran Taerae itu kini membawa sebungkus makanan ringan, menyodorkannya kedepan wajah Taerae. “Mau nggak? Daritadi gue tawarin lo nya gak denger.”
“Ganggu banget lo ah”. Taerae mendelik, tapi tangannya rogoh bungkus ciki yang ditawarkan Matthew. Banyak halusinasi membuatnya lapar.
…Kosong.
Sebelum Taerae sempat bereaksi, Matthew terlebih dahulu ngakak dan berlari menjauh darinya.
“Seok Matthew anjing!” Taerae loncat dari duduknya. Namun sebelum sempat kejar tubuh kecil Matthew yang hilang ditelan kerumunan, Taerae malah nggak sengaja menabrak seseorang.
Kalau di drama-drama India, ratusan back dancer akan muncul dibelakang Taerae sekarang. Tapi sayangnya ini bukan drama Bollywood. Ini kehidupan nyata Kim Taerae yang menyedihkan.
Taerae rasanya seperti terpental. Ia jatuh terduduk di lantai. Namun keadaan orang yang ia tabrak jauh lebih buruk— minuman yang orang itu pegang tumpah membasahi seluruh bagian atas tubuhnya.
Taerae seketika melotot. Seok Matthew beneran anjing. Gara-gara dia, Taerae jadinya nabrak orang gini. Untungnya Taerae bukan orang yang suka lari dari tanggung jawab. Perlahan ia berdiri. Oke, dia akan minta maaf, tawarkan untuk laundry bajunya dan—
Sixpack.
Otot perut yang terbentuk tuh kesukaan Taerae banget. Dan sekarang dihadapannya disajikan otot kotak kotak yang tercetak dari balik kaus yang basah. Duh, Taerae ngiler, mau jilat..
Orang yang ia tabrak malah bisa bereaksi lebih cepat daripada Taerae yang terkena distraksi sixpack. Tubuhnya yang lebih tinggi menunduk lalu berlutut, mengecek keadaan Taerae.
“Duh, nggak apa apa kan kak? Sampe jatoh gitu..”
Gunwook.
Taerae barusan nabrak Gunwook. Otot perut yang bikin dia sange itu juga punya Gunwook. Dan sekarang Taerae harus tanggung jawab karena telah tabrak Gunwook.
“Kak Taerae, kak? Gapapa?” Gunwook sendiri mulai khawatir karena orang didepannya tak merespon. Ia tolehkan kepala kearah Hanbin yang duduk di sofa disampingnya. “Namanya benar Kak Taerae, kan?” Ujarnya heran. Apa namanya udah ganti?
“Bener, ekhm. Bener, aku— Taerae, gue Taerae.” Ujar Taerae yang baru sadar dari lamunannya. Tunjuk-tunjuk dirinya sendiri dengan canggung, mengklarifikasi bahwa memang benar itu namanya.
Gunwook tertawa. Ternyata teman kakaknya yang dulu suka ajari dia main PS itu masih sama lucunya. Ia mengangguk. “Beneran namanya masih Taerae?”
Taerae mengangguk lagi. Dan Gunwook harus menahan diri untuk nggak tiba-tiba meluk sosok imut didepannya.
“Nggak ada yang sakit kan kak? Tadi sampe jatoh gitu loh.” Tanya Gunwook lagi, khawatir. Tangannya gerayangi bahu dan lengan Taerae. Sentuhan penuh kepedulian, namun justru kirimkan sinyal berbeda ke tubuh Taerae. Malah makin sange.
“Gapapa.. Gunwook sendiri gapapa? Itu bajunya basah..” Tanyanya. “Maaf ya, tadi gue lagi ngejar Matthew. Salahin dia aja, please.” Pungkas Taerae buat Gunwook tertawa lagi. Akhirnya tetap nggak mau disalahkan.
“Gapapa kok kak, bisa langsung ganti baju juga” Kata Gunwook, masih berlutut didepan Taerae.
‘Aku gantiin boleh nggak?’ Begitu kira-kira suara batin Taerae. Dan sepertinya, Gunwook juga menyadarinya. Bagaimana tidak? Yang lebih tua daritadi menatapnya dari atas sampai bawah sambil gesekkan kedua pahanya— entah Taerae sadar atau tidak.
“Ayo ikut kak, biar sekalian gue kasih bajunya. Katanya mau laundry?” Ujar Gunwook. Senyum di wajahnya kini punya artian ganda. Taerae masih mencoba memproses kalimat Gunwook saat yang lebih muda jentikkan jari didepannya. “Ayo kak, berdiri”
Dan saat itu juga, Taerae keluar dari dunia imajinasinya. Daritadi dia bengong sambil lihatin tubuh Gunwook. Juga sambil gesek-gesekin pahanya tanpa sadar. Taerae juga baru sadari sesuatu yang horor.
Celananya basah.
Salahkan memeknya yang baperan atau tubuh Gunwook yang bikin sange. Sekarang memek Taerae benar benar basah sampai tercetak ke celananya.
“D-duluan aja Gunwook”. Taerae beneran bingung sekarang. Kalau ia berdiri pasti nanti basahnya kelihatan. Nanti Gunwook sadar kalau Taerae pikirkan jorok-jorok tentang tubuhnya. Pahanya makin ia rapatkan. Wajahnya memerah. Kepalanya ia geleng-gelengkan dengan panik. “Duluan aja”.
Namun Gunwook tetap keras kepala, ia kekeh tetap berlutut didepan Taerae. Bahkan kini tangan yang lebih tua digenggam. “Ayo bareng, Kak Taerae kan nggak tau kamar gue yang mana?”
Gunwook itu pintar dan peka. Dia sadar kalau Taerae kini sedang tahan nafsunya. Ia sadar kalau celana yang lebih tua kini basah di bagian selatan tubuhnya. Cuma Taerae aja yang kira Gunwook nggak tau.
Taerae memekik ketika tangannya digenggam. Ia tatap Gunwook takut-takut. Mata Gunwook tak lagi mengarah kepadanya namun ke bagian memeknya yang ia tutupi dengan tangan satunya.
Barulah Taerae sadar, Gunwook juga lihat basahnya.
Jadi Taerae berbisik pelan, ketakutan. “Ini- nggak—“
“Ikut gue ya kak”. Kata Gunwook. Tangannya ambil gelas yang isinya tinggal setengah. Yang tadinya tumpah dan basahi baju Gunwook. Lalu ia bawa gelas itu kedepan Taerae, dengan ‘nggak sengaja’ tumpahkan air di pahanya.
Taerae memekik lagi— sungguhan kaget.
“Eh, maaf Kak Taerae..” Ucap Gunwook, pura-pura panik. Hanbin di sofa menepuk jidat. “Makanya gelasnya dikesampingin dulu, Nuk. Malah jadi basah dua-duanya kan? Sono ah ganti baju dulu. Nanti masuk angin lo berdua”. Ucapnya. Dan akhirnya Taerae paham rencana Gunwook. Membuat seluruh celananya basah agar tak ada yang sadari basah yang spesifik di bagian tengahnya.
Gunwook nyengir. Mengangguk pada Hanbin sebelum pusatkan perhatiannya pada Taerae lagi. “Udah bisa berdiri kan sekarang?” Ucapnya. Lalu tarik tubuh yang lebih kecil untuk berdiri. Sementara yang diajak masih bengong. Ini beneran Taerae diajak ke kamar Gunwook? Nanti tambah sange gimana? Sekarang aja Taerae udah sagapung— sange gak ketampung, cuma gara gara lihat sixpack adik dari kawannya itu. Apalagi masuk ke kamarnya?
Tapi sebelum otaknya bisa memproses, Gunwook sudah keburu gandeng tangannya. Berjalan ke lantai atas yang nggak dipakai untuk acara.
Gunwook bukakan pintu kamarnya, tarik Taerae masuk. Sementara si kakak cantik daritadi cuma bisa bengong hah heh hoh, nggak sadar dirinya udah dibawa masuk ke sarang buaya.
“Bentar ya kak, aku buka dulu bajunya”
Taerae lagi-lagi telat mikir. Gunwook udah keburu buka baju tanpa peringatkan Taerae untuk tutup mata. And, fuck. Badannya beneran tipe Taerae banget. Rasanya Taerae mau jalan kearah Gunwook terus dia gigitin bisepnya.
Gunwook sendiri sekarang nahan ketawa, gimana enggak? Taerae liatin dia kayak liatin es campur pas puasa— ngiler. Matanya seakan nggak bisa lepas dari perut dan dada Gunwook. Gunwook beneran nggak nyesel bayar membership gym -nya kalau artinya dia bisa bikin si kakak cantik ngiler sama badannya.
Setelah bertelanjang dada, Gunwook hampir Taerae lagi. Telapak besarnya tiba-tiba menyelip diantara paha Taerae. Menangkup memeknya, bahkan ujung jarinya sampai menyentuh pantatnya. Tangan Gunwook besar, enak, bikin Taerae reflek merengek manja. Pura pura berusaha keluarkan tangan Gunwook dari sela-sela pahanya (padahal mah nggak ada tenaganya sama sekali).
“Nakal banget kakak”. Bisik Gunwook.
“Datang ke acara reuni bukannya kangen kangenan malah sange sama adek temennya. Emang kalau udah lonte sangenya nggak tau tempat”. Ujar Gunwook sambil maju mundurkan tangannya di memek Taerae yang masih terbalut celana.
Taerae pusing, gesekan tangan Gunwook di memeknya enak banget. Ia mau jawab Gunwook, pertahankan harga dirinya. Tapi sekarang Taerae nggak bisa mikir. Cuma bisa desah desah keenakan.
“Hnng Gunwook..” Rengek Taerae saat Gunwook tarik paksa tangannya. Tinggalkan Taerae yang gemetar. Memeknya cengap-cengap didalam celananya, meraup ruang kosong.
Gunwook tersenyum miring. “Kenapa kak? Memeknya udah gatel ya?” Tanyanya jahil. Taerae enggan menjawab. Namun tangannya berusaha raih telapak tangan Gunwook lagi. Ia tatap Gunwook dengan mata berkaca-kaca.
“Ngomong, lonte. Gue mana tau kalo lo cuma liatin gitu”. Gunwook tampar pantat Taerae. Buat sang empu memekik kaget. Namun bukannya merasakan sakit, Taerae malah rasakan sedikit cairan nafsu kembali menyemprot dari memeknya.
“Gatelh… gatel memeknya Nuk.. bantuin..” Rengek Taerae. Akhirnya bisa keluarkan kalimat yang sedikit jelas.
Gunwook berdecak. Langsung ia dorong Taerae agar duduk di kasurnya. Setelah itu ia tarik celana Taerae yang sudah basah karena air tadi. Sisakan celana dalam yang juga sudah tak berbentuk. Basahnya nggak karu-karuan. Celana dalam itu Gunwook singkap, pertontonkan memek Taerae yang lubangnya cengap cengap menghisap ruang kosong, dan Gunwook nggak biarkan lubang itu menganggur lama. Tanpa ampun ia sodokkan satu jari kedalamnya, buat gerakan maju-mundur dengan cepat.
“Pelanh.. pelan-pelan…” Pinggul Taerae menggeliat nggak nyaman saat tempo yang diatur Gunwook terasa berlebihan. Gunwook akhirnya harus menahan pinggul si kakak agar tetap diam ditempat. Ia cengkeram kuat-kuat bikin Taerae makin sange.
“Ngomongnya pengen pelan-pelan tapi ini memeknya lahap banget makan jari gue, masokis lo kak?” Ejek Gunwook. Taeraenya udah nggak bisa ngomong. Cuma bisa desah desah kayak orang tolol.
“Nuk, mau— mmh…”
Gunwook tonton jarinya yang ditelan habis oleh memek Taerae, ia perhatikan bagaimana belahan tembam itu dengan lahap memakan jarinya yang terus bergerak maju mundur. Memek cantik itu mengetat tanda sang empu hampir sampai pada pelepasannya.
“Keluarin aja kak”
Nggak sampai sedetik setelahnya, Taerae sampai pada pelepasannya. Tubuh molek itu mengejang sesaat sebelum memeknya keluarkan cairan putih yang basahi tangan Gunwook.
Namun Gunwook nggak langsung hentikan kocokannya di memek si kakak. Justru ia tambahkan lagi satu jari, bikin tubuh Taerae tambah kelojotan.
“Aahng- udaah nggak kuath..”
Bahkan waktu punggung Taerae jatuh ke kasur saking lemasnya, Gunwook nggak juga berhenti. Ia sodok tanpa ampun memek kemerahan Taerae. Sekarang total ada tiga jari Gunwook keluar masuk memek Taerae dengan brutal. Kadang temponya ia lambatkan sampai Taerae merengek karena ia bisa rasakan jari tebal Gunwook yang gesek-gesek dinding kemaluannya. Kadang temponya tiba-tiba Gunwook cepatkan sampai Taerae hilang akal. Sampai yang terdengar di ruangan itu cuma suara kecipak basah dan desahan lemas Taerae.
Gunwook duduk dikasur, disebelah Taerae yang udah teler. Gunwook usap dahi Taerae yang berkeringat sambil tangannya nggak berhenti kobok kobok memek si kakak pakai jarinya. “Cantik banget kakak..” Ucapnya.
“Pinter banget memeknya makan jari gue, kakak cantik suka ya gue kobelin gini?”
Gunwook sebenarnya juga nggak tahu dia ngomong apa, tapi melihat respon Taerae yang mendesah lalu ketatkan memeknya, bisa Gunwook simpulkan bahwa Taerae suka.
“Jangan pingsan dulu dong cantik, belum naikin perut gue kan? Belum gesekin memeknya pake bisep gue kan? Atau mau dikontolin langsung aja?” Goda Gunwook tanpa henti.
“Mau… mauuu, mau dihamilin Gunwook..”
Gunwook tertawa, bahkan di state seperti ini Taerae masih mau lebih. Emang dasarnya lonte aja.
Dengan kocokan brutal ditambah bayangan memeknya digesekin ke otot Gunwook yang menggoda itu, nggak butuh waktu lama sampai Taerae rasakan gelenyar familiar di perut bagian bawahnya. Tangannya gemetar cari-cari pergelangan Gunwook untuk dia tahan. “Nuk… mau pipis…” Rengeknya. Airmatanya netes ke kasur, dia beneran udah nggak kuat, tapi Gunwook masih lanjut main-main.
Tangan gemetar itu ditepis begitu saja. Malah Gunwook tekan itil Taerae dengan ibu jari, bikin sang empu menjerit jerit sendiri. Tiga jari Gunwook ditekuk didalam memeknya bikin Taerae keenakan karena Gunwook tepat kenai titik nikmatnya
“Keluarin aja, cantik. Nggak ada yang larang”
Dan benar saja, setelah Gunwook berkata seperti itu pipis Taerae langsung nyembur keluar kayak air mancur. Gunwook usap-usap itilnya biar orgasme si kakak makin lama. Pipisnya nyembur ke kasur bahkan sampai ke lantai kamar. Seksi banget, pikir Gunwook.
Gunwook tampar-tampar kecil memek Taerae, bikin tubuh yang lebih kecil sesekali mengejang, keluarkan sisa-sisa pelepasannya yang Gunwook paksa keluarkan. Sampai akhirnya nggak ada lagi yang bisa keluar dari dirinya, Taerae udah teler, udah habis sama Gunwook.
Gunwook elus-elus perut si kakak, kasihan juga kalau sudah begini. Gunwook sampai kira Taerae pingsan kalau si cantik nggak merengek minta Gunwook berhenti tampari vaginanya yang malang. Kali ini, Gunwook beneran berhenti. Ia biarkan Taerae katupkan pahanya yang gemetar. Baru ia beri waktu untuk si kakak bernapas.
Beberapa menit kemudian, Gunwook mulai merasa canggung lagi. Reality suddenly hits him, that he just did perverted things to his brother’s friend, dia habis kobelin memek teman kakaknya, sekaligus cinta pertamanya.
Beneran, Gunwook suka Taerae dari jaman si kakak suka numpang wifi dirumah sambil main PS bareng Hanbin . Bahkan dulu Gunwook aslinya nggak suka main game, tapi karena Taerae suka jadi Gunwook sok-sokan minta ajarin, biar bisa deket aja sama Kak Taerae-nya.
Waktu Hanbin bilang di acara reuni bakal ada Taerae, Gunwook sudah siapkan kata-katanya untuk ungkapan perasaan. Nyatanya, sekarang mereka lakukan hal hal tidak senonoh terlebih dahulu bahkan sebelum Gunwook confess. Gunwook memang payah.
“Nuki..”
Suara Taerae hampir nggak terdengar. Kayaknya suaranya udah habis gara-gara kebanyakan desah barusan. Untungnya Gunwook masih dengar. Ia rebahkan tubuhnya disebelah Taerae, perbaiki posisi mereka berdua agar berhadapan.
“Hm? Kenapa?” Tanyanya sambil usap keringat di dahi yang lebih tua. Taerae mukanya merah banget, tubuhnya ia rapatkan ke Gunwook, lututnya senggol-senggol kontol Gunwook yang keras dibalik celana pendek yang dia pakai. Daritadi memang dia cuma shirtless aja, celananya masih dipake. Sementara Taerae udah nggak pake celana tapi bajunya masih dipakai.
“Mau naikin perut kamu.. sama kontol kamu juga.. tadi Nuki yang nawarin kan..?” Ucap si Kakak sambil tatap Gunwook penuh harap. Yang lebih muda menelan ludah. Duh, walaupun Gunwook memang kasar dengan perkataannya—panggil panggil Taerae lonte, ejek-ejek si cantik selama kegiatan panas mereka tadi, tapi dia sungguh nggak tega kalau harus ngewein Taerae yang lemes gini.
“Kapan-kapan aja ya kak.. Tadi habis pipis pipis gitu emangnya nggak capek?” Ujarnya buat Taerae manyun. Untuk membuktikannya, Gunwook toel itil Taerae jahil buat sang empu bergetar sebadan-badan.
Akhirnya yang lebih tua menurut, tenggelamkan tubuhnya yang udah nggak ada tenaga itu di pelukan Gunwook.
Confessnya ia simpan buat besok-besok deh. Pikir Gunwook. Untuk sekarang, cukuplah dia peluk Taerae yang kecapekan, diatas kasur yang basah dengan cairannya si cantik.
Besoknya, Taerae demam. Dan Gunwook diomeli Hanbin habis-habisan.
Yah, at least Gunwook udah ngobelin kakak cantiknya
